Pencarian :

Kamis, 21 Juni 2007

Pak RT

Tidak terasa setahun sudah aku menjadi Ketua RT 06 RW XIX Kebonrojo Selatan Pc. Gading, Demak padahal jika dihitung-hitung aku adalah keluarga paling muda dan bisa dikatakan warga baru, karena waktu pemilihan RT berlangsung, baru sekitar 2 tahun aku dan keluarga bertempat tinggal di wilayah tersebut.

Awalnya sih supaya dekat dengan tempat kerja maka berencana kontrak rumah dahulu selama 2 tahun, baru setahun jalan, rumah depan kontrakan dijual (oper kredit), setelah bermusyawarah dengan keluarga akhirnya alhamdulillah rumah tersebut dapat kami beli. Ditahun yang kedua langsung deh, cabut dari kontrakan dan menempati rumah tersebut.

Kembali ke laptop, eh … ke masalah ketua RT, ada yang lucu saat terjadinya pemilihan ketua RT. Awalnya wilayah RT waktu itu (RT. 03) sangat besar yaitu meliputi 3 gang yang jika dijumlah ada sekitar 55 keluarga. Jadi tidak heran jika ada pertemuan warga maka dilaksanakan di jalan/gang depan rumah maklum tidak muat kalau dimasukkan kedalam rumah karena tipe rumah sederhana. Melihat perkembangan itu ada usulan untuk memekarkan wilayah, dari pertemuan warga tersebut terjadi kesepakatan untuk memekarkan menjadi 3 wilayah RT yaitu RT 03, RT 05 dan RT 06. Rumah ku termasuk dalam wilayah RT.06. Dari hasil pertemuan itu pula maka secara otomatis pengurus RT yang lama (ex. RT 03) berakhir. Oleh Bapak RW selambat-lambatnya 1 bulan sudah terbentuk pengurusan RT dimasing-masing wilayah tersebut.

Pada awalnya aku tidak begitu peduli dengan pemekaran dan pembentukan pengurus RT. Soalnya aku merasa sebagai warga dan keluarga baru, serta tentunya banyak yang lebih “senior” dibanding aku, tak perlulah aku ikut-ikut dalam menentukan kepengurusan selain jam kerjaku yang selalu pulang sampai rumah diatas pukul 21.00 wib, mana sempat aku ikut serta dalam kepengurusan apalagi menjadi ketua RT (capek deh…). Akhirnya dibuatlah mekanisme pemilihan Tidak ada pendaftaran apalagi tes bakal calon ketua RT, kesepakatan warga adalah semua berhak mencalonkan dan dicalonkan tanpa terkecuali dan suara tertinggi saat pemilihan adalah yang menjadi Ketua RT terpilih.

Menjelang hari-hari PEMIRET (Pemilihan Raya Ketua RT) terdengar kabar dari istriku yang lebih sering dirumah (ndak tahu mungkin ada yang menjadi juru kampanye sukarela kali ya…) aku termasuk yang dicalonkan warga. Tak tahu faktor apa yang menyebabkan aku menjadi kandidat, mungkin karena aku seorang dosen yang status dimasyarakat dianggap lebih atau apa …tak tahulah.

Akhirnya tibalah hari “naas” tersebut, undangan pemilihan sudah disebar kesemua warga dan dimulai pk. 19.30 wib (ba’da isya). Untuk menghindari supaya aku tidak terpilih, sengaja aku merancang taktik dengan istriku (apalagi istriku paling tidak mau kalau aku terpilih menjadi Ketua RT).
Pada hari itu aku sengaja pulang lebih malam dari biasanya, jika nanti ditanya kenapa aku belum pulang jawab saja lembur ngerjain tugas kantor (bo-ong sih … tapi aku merasa belum pantas saja kalau terpilih menjadi pemimpin…memimpin keluarga saja baru belajar ini harus memimpin keluarga yang lain).

Keluar dari kampus pk. 20.30 wib, aku ajak-ajak teman-teman kantor untuk ngobrol-ngobrol dulu diwarung kopi, aku harap cukup untuk mengulur waktu sampai pelaksanaan pemilihan RT selesai. Sekitar pk. 21.30 wib aku pamitan pulang, aku pikir pasti sudah aman dan pemilihan sudah terlaksana serta terbentuk pengurus yang baru, soalnya tidak sah jika aku dipilih sedangkan aku sendiri tidak hadir.

Tapi apa yang terjadi begitu motorku sampai dipintu gang terdengar bunyi tepuk tangan dan memandang ke arahku -- pertemuan dilaksanakan dijalan kampung -- seperti penyambutan artis saja pikirku. Ada yang menyahut “Nah… sekarang pemilihan baru bisa berlangsung” O la la ternyata pemilihan belum berlangsung hanya karena menunggu aku padahal waktu itu sudah pukul 22.00 wib lebih. Akhir aku “diseret” ke forum untuk mengikuti pemilihan. Seperti kekhawatiranku semula terpilihlah aku menjadi ketau RT, dan yang bikin ger adalah saat perhitungan suara berlangsung, begitu aku terpilih anakku (Bariz) yang waktu itu berusia 3 tahun menyahut “Hore, abah menang” . Eh ni anak ikut-ikutan pula batinku.

Sampai akhirnya 1 tahun sudah aku menjadi orang no. 1 (di RT ...he..he...he), semoga sisa waktu yang ada (…alamak masih 2 tahun lagi…) aku dapat melaksanakan tugasku. Amiin.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Numpang lewat pak erte... maaf kalo mengganggu ketenangan umum.

Anonim mengatakan...

Aslm..Wr.Wb
selamat pagi, Pak ERTE... waah..kalau orang-orang Pcggading sana gak percaya sama Sampeyan dan tidak mejadikan Sampeyan sebagai Pak ERTE, sesungguhnya mereka semua dalam keadaan yang merugi...he..he..
Bravoo..Pak ERTE..dari dulu Sampeyan memang temenku yang sangat..sangat..sangat bisa diandalkan dan dibanggakan...salam buat Istrimu, juga putramu...semoga kalian selalu mendapat barokah dari Allah SWT..Amin..