Pencarian :

Kamis, 21 Juni 2007

Metodologi Dalam Menuntut Ilmu

Ibnu Jauzi mengatakan bahwa semangat para ulama mutaqaddimin (ulama-ulama terdahulu) sangat tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan karya-karya mereka yang merupakan intisari dari umur yang mereka miliki. Akan tetapi sebagian besar karya-karya mereka sudah tidak ada dan punah. Hal ini disebabkan karena semangat tholabul ilmi manusia saat ini begitu rendah.

Para ulama terdahulu menyusun karya begitu banyak. Contoh-contoh yang ada dan yang paling banyak adalah Al Imam As-Suyuti, yang beliau sejak usia delapan tahun sudah menulis buku, yang di zaman kita, anak seusia ini membaca Al Fatihah saja belum lurus, shalat saja belum benar. Dan jumlah karya beliau lebih dari 800 buku, ada ulama yang mengatakan sampai 900 buku.

Al Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir Ath-Thabari jumlah karyanya, muridnya mencoba menghitung usia beliau dari sejak beliau baligh sampai meninggal dunia dihitung berapa usianya (berapa hari), kemudian dihitung jumlah karya-karya yang beliau miliki, dan dari jumlah halaman yang ada dibagi dengan jumlah umurnya, rata-rata dalam sehari beliau menulis 14 lembar, dari semenjak beliau baligh sampai meninggal dunia.

Beliau rahimahulloh pernah bertanya kepada murid-muridnya, "Apakah kalian sanggup belajar tafsir? Muridnya mengatakan "Berapa jumlahnya?" Beliau menjawab, "Jumlahnya 30 ribu lembar." Murid-muridnya mengatakan "kami tidak sanggup." Beliau mengatakan "innalilllah, semangat menuntut ilmu saat ini begitu lemah." Akhirnya beliau ringkas menjadi tiga ribu lembar, dan saat ini tafsir Ath-Thabari masih dianggap tafsir yang paling besar yang jumlahnya hanya seper-sepuluh dari yang direncanakan, yang ketika itu murid-murid beliau menulis semua yang beliau sampaikan.

Kemudian beliau bertanya kepada murid-muridnya, "Siapkah kalian belajar sejarah alam semesta ini dari sejak diciptakannya alam semesta sampai zaman sekarang? Murid-muridnya bertanya, "Berapa jumlahnya." Beliau menjawab,"Jumlahnya 30 ribu lembar." Murid-muridnya menjawab, "kami tidak sanggup." Kemudian beliau mengatakan lagi kepada murid-muridnya, "Semangat thalabul ilmi saat ini begitu rendah." Beliau kecewa kepada mirid-muridnya akan rendahnya semangat mereka dalam menuntut ilmu. Akhirnya beliau ringkas lagi menjadi tiga ribu lembar. Dan itulah yang sampai ke tangan kita sekarang, meskipun ada beberapa bagian yang kurang akan tetapi tarikh Ath-Thabari masih dianggap tarikh yang cukup lengkap yang tebalnya berjilid-jilid dan memuat riwayat-riwayat, yang ketika beliau menyampaikan riwayat, beliau menyampaikannya dengan sanad. Hal ini menunjukkan keluasan ilmu beliau.

Ibnu Jauzi mengambarkan lagi bahwa sebagian besar dari karya-karya ulama sudah punah, sudah tidak ada, dan hal ini disebabkan karena semangat thalabul ilmi begitu rendah, maka mereka mulai mencari kitab-kitab mukhtashar (ringkasan) Tarigh Dimasq yang tebalnya 80 jilid kemudian diringkas menjadi 7 jilid.

Kata Ibnu Jauzi, "Mereka tidak semangat untuk membaca buku-buku yang tebal." Kitab Al Majmu' tebalnya 23 jilid, Majmu' Fatawa 30-sekian jilid, Siyyar A'lamin Nubala' tebalnya 25 jilid dan banyak lagi kitab-kitab besar lainnya, yang jika kita melihat kitab-kitab ini ketika disusun, akan membentuk tulisan yang bersambung antara satu buku dengan buku yang lain.
Abbas bin Walid Al Faasi, salah seorang ulama yang punya banyak murid, ketika beliau meninggal dunia, di salah satu bukunya di bagian akhir buku tersebut tertulis, "Saya telah mempelajari buku ini sebanyak seribu kali."

Kemudian dalam biografi Ibnu Tubban, dikatakan bahwa beliau belajar dari beberapa ulama dan membaca kitab Al Mudawwalah sebanyak seribu kali.

Ini hanyalah sedikit gambaran betapa besar semangat ulama-ulama salaf (terdahulu) dalam menuntut ilmu agama ini.

diambil dari www.mediamuslim.info

Tidak ada komentar: