Pencarian :

Rabu, 16 Mei 2007

TENTANG SPIRITUALITAS

Dibeberapa tempat dijabarkan bahwa spiritual adalah hal-hal yang berhubungan dengan dunia agama, bahkan tokoh-tokoh agama bisa disebut dengan tokoh spiritual. Tapi apakah mereka sendiri mengerti hakekat spiritual itu sendiri ? yah, inilah yang mengilhami kenapa sampai ada pencarian hakekat spiritual. Berikut ada kutipan dari Albert Einstein tentang Spiritualitas. Ada beberapa point yang bisa diambil dari pernyataan dibawah, semoga bisa disimpulkan dan dipahami.
  1. Saya ingin memahami pemikiran Tuhan; selebihnya adalah soal detail.
  2. Pengetahuan tanpa agama adalah pincang. Sedang agama tanpa pengetahua adalah buta.
  3. Agama saya terdiri dari seuntai kekaguman yang sederhana, terhadap suatu kekuatan supra yang tak-terbatas - yang tertampak dalam rincian yang dapat kita serap menggunakan persepsi lemah dan remang kita.
  4. Semakin jauh kemajuan evolusi spiritual umat manusia, semakin pasti bagi saya bahwa: jalan menuju religiusitas sejati tak semata-mata terletak pada ketakutan terhadap kehidupan, ketakutan terhadap kematian, keyakinan yang membuta; namun suatu perjuangan mengikuti kaidah-kaidah pengetahuan rasional.
  5. Setiap orang yang terlibat secara serius didalam pencarian pengetahuan, menjadi yakin bahwasanya, ada suatu jiwa termanifestasikan pada hukum Semesta raya - jiwa yang secara luas superior terhadap jiwa-jiwa manusia, dan sesuatu dimana dihadapan-Nya, kita beserta kekuatan mutahir kita terasa sedemikian lemahnya.
  6. Rasa religius para ilmuwan berbentuk suatu kekaguman, yang terpesona pada keharmonisan hukum alam; yang menampakan suatu superioritas kecerdasan, dibandingkan dengan seluruh sistematika berpikir dan bertindak dari umat manusia, dalam suatu refleksi signifikan yang tak terbantahkan lagi.
  7. Tiada cara logis untuk mengungkap hukum-hukum elemental. Yang ada hanyalah cara intuitif, yang dibantu oleh suatu ketajaman rasa, terhadap runtutan yang melandasi di balik suatu penampakan.
  8. Batin intuitif adalah anugrah sakral, dan pikiran rasional adalah ‘pelayan’ setianya. Kita telah membangun sebuah tatanan masyarakat yang memulyakan ‘pelayan’ dan melupakan anugrah.
  9. Sesuatu yang terindah yang kita alami adalah: pengalaman misterius kita;  Ia-lah sumber dari seni dan pengetahuan sejati.
  10. Kita mesti waspada untuk tidak menjadikan intelek sebagai Tuhan kita; ia memang memiliki kekuatan, namun ia tak memiliki kepribadian.
  11. Barang siapa yang memfungsikan dirinya sebagai hakim dari Kebenaran dan Pengetahuan, akan porak-poranda menjadi bahan tertawaan para dewata.
  12. Bila mana jalan keluar terasa mudah, Tuhan-lah yang memberikan jawaban.
  13. Tuhan tidak mempermainkan semesta seperti dadu.
  14. Tuhan sedemikian licinnya, namun Ia tak bermaksud jahat.
  15. Umat manusia adalah bahagian dari keseluruhan, dari apa yang kita sebut dengan Semesta, bahagian yang terbatas dalam ruang dan waktu. Ia mengalami diri-Nya sendiri, pikiran dan perasaan-Nya ibarat terlepas dari yang lainnya yang bersifat seperti khayalan optik - terhadap Kesadaran-Nya. Khayalan ini, sesungguhnya adalah sejenis ‘penjara’, yang mengekang kita dari nafsu-nafsu keinginan pribadi dan dari beberapa orang terdekat, kesayangan kita. Tugas kita adalah membebaskan diri dari penjara ini, dengan cara memperluas lingkaran pengorbanan kita, hingga mencakup semua makhluk hidup dan seluruh alam dalam keindahannya.
  16. Tiada sesuatupun yang memberi nilai manfaat pada kesehatan manusia dan memberikan kesempatan hidup di muka Bumi ini, sebesar evolusi yang diberikan oleh pola makan vegetaris.
  17. Manusia yang menjalani hidupnya secara tak bermanfaat bagi makhluk lainnya bukan saja tak beruntung, akan tetapi nyaris tak layak bagi kehidupan.
  18. Perdamaian tidak dapat dijaga dengan Kekuatan. Ia hanya dapat dicapai melalui saling pengertian.
  19. Hanya kehidupan bagi kehidupan lain sajalah, yang bermanfaat.
  20. Pikiran manusia tak mampu untuk meraih Semesta. Kita ibarat seorang anak yang memasuki perpustakaan raksasa. Dinding-dinding dan langit-lagitnya tertutup rapat oleh buku-buku dalam berbagai bahasa yang berbeda-beda. Si anak mengetahui bahwa, pasti ada seseorang yang menulis semua buku-buku itu; walau ia tak mengetahui siapa dan bagaimana caranya. Iapun tak mengerti bahasa yang digunakan dalam penulisan buku-buku itu. Akan tetapi, si anak mencatat adanya suatu rancangan baku dalam susunan buku-buku tersebut serta dalam urutannya - yang misterius - yang tak ia pahami, kecuali melalui dugaan-dugaan picisannya saja.
  21. Yang terpenting adalah, untuk tidak berhenti mempertanyakannya. Keingin-tahuan memiliki alasannya sendiri dalam membangkitkan rasa panasaran. Seseorang tak dapat membantu, namun hanya terpesona ketika ia berkontemplasi: terhadap misteri-misteri kekekalan, terhadap kehidupan, terhadap struktur realitas yang mengagumkan. Adalah cukup, bila seseorang mencoba melengkapi dirinya dengan secuil misteri setiap hari. Tanpa kehilangan kekagumannya yang holistik itu.
  22. Apa yang saya saksikan di Alam, adalah suatu struktur yang mengagumkan yang hanya dapat kita pahami dengan tak-sempurna, dimana seorang pemikir semestinya merasa sedemikian rendahnya. Tak ada yang dapat dilakukan terhadap mistikisme, inilah ungkapan rasa religiusitas yang murni.
  23. Emosi terhalus kita, dimana kita mampu merasakannya, adalah emosi mistis. Disinilah tergelar bagian terkecil dari semua seni dan pengetahuan sejati. Siapapun yang asing bagi perasaan ini, yang tak lagi mampu merasakan ketakjuban, dan hidup dalam kondisi ketakutan, sesungguhnya telah mati. Guna mengetahui sesuatu yang tak terselami bagi kita, sebetulnya benar-benar ada dan memanifestasikan dirinya sebagai kebijaksanaan tertinggi dan keindahan yang paling bersinar, dimana bentuk terkasar dari pengetahuan inipun merupakan suatu yang membutuhkan intelektualitas yang memadai; perasaan ini adalah … sentimen religius yang sesungguhnya. Dalam pengertian ini……dan hanya dalam pengetian inilah, saya menempatkan diri saya dalam deretan manusia-manusia religius besar.
  24. Masalah nyata bagi kita adalah hati dan batin manusia. Adalah lebih mudah mengubah sifat plutonium, dibandingkan dengan merubah sifat ke-setan-an dalam diri manusia.
  25. Agama Sejati adalah kehidupan nyata, hidup dalam jiwa manusia, hidup dalam kebajikan dan hidup dalam kebenaran, bagi semua.
  26. Intelejensia memberi kejelasan kesaling-tergantungan antara makna-makna dan jawaban akhir daripadanya. Akan tetapi, hanya dengan memikirkannya saja, tak dapat memberikan kita rasa - tentang akhir yang bersifat fundamental dan ultima tersebut. Guna memperjelas akhir fundamental dan nilai-nilai, serta mempercepat mereka dalam kehidupan emosional individu, dengan persis tertampak oleh saya bahwa: fungsi yang paling penting dari agama adalah bila agama berhasil membentuk kehidupan sosial manusia.
___________________________________ 
Adopted from "The Divine Life Society’s website".